Tuesday, October 16, 2012

indicator

A dialogue, while travelling away from home.

Ee  : Bee, awak ada tisu tak? (sambil menunjukkan tangan melekit lepas makan donut sedap)
Bee: Ada, nah.
Ee  : ee rasa macam nak cuci muka. rimas la.
Bee: saya ada wet tissue. awak nak?
Ee  : boleh, nak~
      (after lap muka), awak ni memang perempuan betul la.
Bee: erk. perempuan betul? selama ni saya laki ke?
Ee  : haha. takla. tisu awak ada, wet tissue awak ada, cukup semua. memang perempuan betul
        la.
Bee: macam tu je boleh jadi perempuan betul? senang benar.
       tapi kan, dulu saya ada classmate laki yg lengkap semua benda macam tu jugak. dia yg
       first pakai handsanitizer kat kelas kitorang. siap ada toilet tissue lagi bawah meja dia,
       bla bla bla.
Ee  : mesti dia tu cam metrosexual kan? eh ke dia lembut?
Bee: (gelak2, sambil tukar topik lain).

*************************************************

we try to make some generalisation here kejap.
kalau indicator utk jadi perempuan sebenar tu adalah dengan membawa tisu ke mana-mana,
kalau lelaki yg bawa tisu/ jaga penampilan terlebih-lebih itu metrosexual,
then,
macam mana pulak kalau seorang tu nak tahu dia betul-betul dah ditarbiyah atau tidak?

here i share a gem with you.
it's from a book actually, tapi dah sering dibahas dalam bulatan2 / perhimpunan2 gembira sebenarnya :)
take it as a gentle reminder then (for me myself also~~!) insyaallah :)
it's in indonesian btw. kalau tak faham certain words, sila tanya. jangan simpan sampai salah faham. (even google translate pun not reliable sometimes).

1.) Terbuka terhadap Perubahan

Hasil akhir dari semua proses pembelajaran adalah perubahan, termasuk tarbiyah. Hasil akhir dari tarbiyah adalah adanya perubahan. Dalam beberapa kasus, insan tarbiyah "terlanjur" besar dalam kondisi tertentu dan sulit berubah ketika kondisi telah berbeda. Perasaan telah menjadi sesuatu / seseorang yang besar itulah yang membunuh tujuan akhir dari tarbiyah.

2.) Mampu Bersikap Tegas dan Menghindarkan Diri dari Sikap Agresif

Kita tarbiyah ketika menjadi manusia yang tegas, bukan agresif. Menolak praktik syirik, menolak kemaksiatan, mempertahankan strategi dakwah, menjelaskan tujuan dakwah, dan menegakkan disiplin memang membutuhkan ketegasan, tetapi tidak membutuhkan agresivitas. Produk dari tarbiyah adalah insan yang tegas dalam prinsip, memiliki determinasi yang tinggi, sabar, serta tidak dapat diprovokasi untuk melakukan tindakan-tindakan kontraproduktif.

3.) Menjadi Peribadi yang Proaktif

Kita tarbiyah ketika proaktif terhadap hal-hal yang bermanfaat.  Kesempatan belajar dan kesempatan-kesempatan lainnya tidak boleh disia-siakan hanya karena belum mendapat "restu" dari murabbi. Atau jangan sampai kita hanya berpangku tangan menunggu wasilah-wasilah (sarana) yang direkomendasikan oleh murabbi. Rekomendasi memang diperlukan dan syura memang harus dilakukan, tetapi kedua hal tersebut bukan alasan untuk tidak proaktif. Justru syura akan dinamis dan rekomendasi akan bervariasi jika peserta syura melakukannya dengan proaktif.

4.) Menjadi Peribadi yang Memiliki Sikap Mawas Diri

Kita tarbiyah ketika tidak mudah menyalahkan orang lain. Bahkan sebaliknya, di lembaga tarbiyahlah kita mengembangkan sikap mawas diri. Tarbiyah mengantarkan seseorang untuk sadar akan pentingnya berinstitusi / berjama'ah dalam menegakkan agama. Namun kesadaran ini juga mesti diikuti dengan kesadaran bahwa sebuah jama'ah apapun adalah institusi manusia dengan segenap kemanusiaannya. Ada keunggulan di sana, ada kecerdasan, ada kehebatan, tetapi juga berserak kealpaan, keteledoran, ego, dan juga kepentingan individual. Tarbiyah menjadikan seseorang memiliki kesadaran bahwa berjama'ah / berorganisasi tetaplah lebih baik dari pada sendiri dengan segala kelemahan dan keunggulan pribadi.

5.) Menjadi Peribadi yang Mandiri

Kita tarbiyah ketika menjadi insan yang mandiri dan merdeka, bukan manusia yang bergantung pada orang lain. Fakta empiris menyajikan data bahwa para pahlawan kita memiliki jiwa merdeka yang membangkitkan energi besar dalam perjuangannya. Muhammad SAW adalah sosok yang mandiri dan merdeka, jauh dari intervensi siapa pun. Begitu juga dengan para sahabat beliau.

6.) Menjadi Sosok yang Berperasaan, Tetapi Tidak Emosional

Kita tarbiyah ketika tarbiyah menjadikan hati dan perasaan kita hidup tanpa terjebak dalam sikap emosional. Kita juga siap menghadapi ujian dan tidak cengeng, serta tidak mudah terpukul oleh sebuah kegagalan. Emosi keagamaan adalah sebuah energi yang mendorong untuk berperilaku serba religi. Sedangkan sikap emosional dalam beragama adalah ekspresi yang tidak menguntungkan dan biasanya ditimbulkan oleh pribadi yang tidak bersedia menghadapi kenyataan.

7.) Menjadi Pribadi yang Sanggup Belajar dari Kesalahan

Seseorang yang tertarbiyah adalah seseorang yang menjadikan kesalahan yang dilakukannya sebagai salah satu cara untuk belajar. Kita sudah tarbiyah ketika kita mampu menjadi manusia yang sanggup menghadapi sesuatu di masa depan. Menghadapi sesuatu di masa depan pasca kekalahan memang tidak mudah.

8.) Mampu Hidup di Masa Sekarang, Bersikap Realistik, dan Berpikir Relatif

Kita ditarbiyah ketika kita tidak menjadi bagian dari masa lalu, dalam kata lain yaitu mampu bersikap realistik, berpikir secara relatif, dan tidak mutlak-mutlakan (taqlid buta), serta memiliki kepercayaan yang tinggi. Yang dibutuhkan oleh dunia adalah seseorang yang mampu berpikir realistik dan memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan konsep atau idealismenya di dunia ini.





Maka, sudahkah kita tarbiyah?



p/s: basically saya letak bulat2 apa yg ditulis, taknak translate siap2 because there're things that will be lost in translation if i do so. wallahu a'lam.

Thursday, October 4, 2012

Boku To Ame = 僕と雨

def: saya dan hujan.

suka kanji hujan. ada titik2 air kat dalam kanji dia. kalau kanji gunung, ada bentuk gunung. comel2.
suka ayat 13:12 ni:
  هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ
 "He is the One Who shows you lightning, which causes fear and hope, and brings up heavy clouds (with rain)."

suka hujan.
noise silenced when it rains. tenang sangat.
hujan tu rahmah allah.
jakarta lama sangat tak hujan.
till one day, sampai mimpi hujan lebat sangat2. bangun2 tido terus pegi tingkap depan, bukak pintu nak tengok hujan.and yes, kecewa lepas tu.
matahari sangat terik, tanah kering dan berdebu. takde apa yg berubah berbanding hari2 sebelum.

nearly a month after, hujan.
hepi, tapi tak lama. sebab kejap sangat. lepas tu dekat sminggu lebih tak hujan2.
then datang lagi hujan, tapi dis time rintik2 je.
kecewa lagi. sebab saya nak hujan lebat2. biar ada guruh segala. biar basah smua benda. biar gelap langit ni. biar cerah, bersih esoknya.
esoknya rintik lagi. harini rintik lagi. to the point yang taknak letak harapan tinggi sangat, takut kecewa lagi.
hujan sikit2, tapi saya tetap tak hepi. sebab nak hujan lebat2.
mengada- ngada sungguh.
Allah dah bagi, nak mintak lebih-lebih pulak.sangat tak patut =.=


"Then which of the Blessings of your Lord will you both (jinns and men) deny?"(55:13).

 Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya (menghitungnya). Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)” [Ibrahim:34].


Jangan terlalu meminta-minta.
Allah itu maha adil, maha bijaksana, dah susun segala sesuatu menurut perhitungan yg undeniably terbaik.

astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah.